Ceritanya lagi pengen jalan-jalan tapi duit cuma ada segitu aja. Browsing sana sini akhirnya ikutlah open trip ke Pulang Pahawang di Lampung. Saya pun pergi ditemani suami.
Berhubung backpackeran, jadi ya siap capek. Meeting poinnya juga jauh. Di pelabuhan Bakaheuni, Merak. Awalnya bingung bagaimana supaya bisa sampai sana. Alhamdulillah ada beberapa blog yang menshare pengalaman mereka ke pelabuhan Merak dari terminal Kampung Rambutan. Ya untungnya juga ada suami, jadi ada temen, gak kebingungan di terminal. Maklum, saya jarang naik bus apalagi bus dari Terminal. Sempat kami ingat-ingat nama bus buat ke Merak. Tapi begitu tiba di sana bus nya tidak ada. Suami bilang, "udah bus apa aja yang penting tujuan Merak". Dan ya, ternyata banyak bus tujuan Merak di sana.
Ada bagusnya juga naik bus ke Merak dari terminal Kampung Rambutan. Karena ternyata, si bus banyak berhenti di pinggir jalan. dan penumpang pun semakin banyak sampai-sampai banyak yang yang rela berdiri. Karena kami naik bus dari terminal Kampung Rambutan, kami masih bisa dapat bangku untuk duduk. Berdiri lama di dalam bus nampaknya akan sangat tidak nyaman untuk perjalanan jarak jauh. Sampai di Merak ternyata suasana sudah ramai sekali.
Perjalanan kami tidak tepat waktu. Cukup lama untuk bisa naik kapal dan menyeberang ke Lampung. Begitu naik kapal pun kami terlalu lamban. Tidak hanya saya dan suami, tapi juga satu rombongan. Karena kami terlalu mengikuti arahan guide dan takut salah rombongan. Efeknya kami tidak berhasil mendapatkan tempat duduk.
Akhirnya, saya dan suami duduk nyelampar di pojok sisi luar kapal. Kapal mulai berangkat sekitar pukul satu pagi. Angin laut kencang sekali. Saya kedinginan, gak nyaman duduk, berisik, kotor, dan akhirnya gak bisa tidur. Perjalanan ke Lampung dengan kapal laut memakan waktu 3 sampai 4 jam. Saya dan suami berusaha tidur sebisanya tapi akhirnya kami kami hanya merem melek saja.
Sampainya di pelabuhan Bakaheuni, Lampung kami kebingungan lagi. Kami terpisah dari guide dan regu rombongan. Butuh waktu lama untuk saya, suami dan satu rombongan menyatu. Lantas kami dibagi dalam 3 mobil. Saya pikir ketiga mobil tersebut adalah jemputan dari Pelabuhan Bakaheuni ke Pulau Pahawang. Ternyata mobil yang kami tumpangi adalah jemputan yang akan mengantar kami ke pelabuhan Ketapang untuk kembali naik kapal menuju Pulau Pahawang.
Perjalanan dari pelabuhan Bakaheuni menuju pelabuhan Ketapang juga tidak sebentar. Jalanannya khas Sumatera, tidak seperti di Jawa yang seringnya mulus dan halus. Kalau tidak terbiasa naik mobil jarak jauh dan kondisi badan sedang tidak fit mungkin bisa mabuk. Apalagi saat itu, supirnya mengebut. Saya sempat beberapa kali mual dan pusing. Tapi untungnya, kantuk karena tidak bisa tidur di kapal mampu mengalahkan rasa mual, jadi cukup lama juga saya tertidur dalam mobil saat menuju pelabuhan Ketapang.
Sesampainya di pelabuhan Ketapang, kami dibawa ke salah satu rumah warga yang ternyata rumah salah satu guide dari agen travelingnya. Meskipun satu orang guide hanya mendampingi satu rombongan tapi satu agen travelling dari guide tersebut bisa mencakup sampai 4 atau 5 rombongan. Jadi bisa dibayangkan betapa satu rumah saja sangat ramai luar biasa. Belum lagi open trip itu berarti beberapa agen melakukan perjalanan ke tempat yang sama, di hari yang sama, dalam jangka waktu yang sama. Rasanya Pelabuhan Ketapang saat itu begitu tak nyaman.
Kami rasa agen travellingnya juga kurang profesional. Terlihat dari cara mereka memberi kami sarapan pagi. Berantakan, berebutan, dan sama sekali tak menyenangkan. Pembagian alat snorkeling dan life vest pun kacau. Padahal jauh hari sebelumnya kami diminta untuk memesan dan membayar sejumlah uang jika ingin menggunakan alat snorkeling dari agen. Tapi hampir saja saya tidak mendapatkannya kalau saya tak cerewet. Life vest? Jangan ditanya. Tak hanya saya dan suami, banyak dari kami, baik satu rombongan maupun tidak, yang tidak kebagian life vest. Persiapan menuju Pahawang pun terlambat 4-5 jam. Alhasil matahari sudah terik sekali. Panas dan haus. Setelah semakin banyak yang menggerutu, barulah kami diminta naik kapal untuk segera menuju ke Pahawang. Tentunya dengan sebagian orang yang tidak menggunakan life vest, termasuk saya dan suami. Orang agen bilang, "cuma life vest doang. gak pa-pa ya? Ntar kalo ada sisa di sana bisa gantian." Kebiasaan orang Indonesia, keselamatan selalu diremehkan.
Sampai di Pulau Pahawang, semua yang menyebalkan terbayar sudah. Pasir masih putih, air bening biru kehijauan, pohon kelapa tumbuh rindang. Begitu sedap dipandang mata. Sesampainya di Pahawang kami dipersilahkan makan siang dan setelah itu menuju homestay untuk beristirahat sejenak.
Kami dipersilahkan istirahat di homestay sekitar satu jam. Setelah itu diminta bersiap-siap untuk snorkeling. Jadwal semula, hari pertama kami harusnya snorkeling pukul sebelas siang, tapi karena beberapa hal yang sudah saya ceritakan sebelumnya, kami berangkat snorkeling sekitar pukul setengah dua siang. Matahari sedang terik-teriknya.
Saat menuju spot snorkeling kami melewati pulau-pulau kecil yang cantik. Pohon dan dedaunan begitu rindang, air begitu bening, dan pasir begitu putih. Kalau sedang melewati permukaan yang dangkal, kami bisa melihat kecantikan bawah laut di sana. Menyenangkan sekali. Tiba-tiba saya terlupa kejengkelan karena ketidakprofesionalan agen saat di pelabuhan Ketapang tadi. Kami pun snorekeling sampai sore dan kembali ke homestay sekitar pukul lima.
Malam harinya, ada acara barbekyu-an pakai ikan. banyak orang di sana saling bertemu dan berkenalan. Kalau tidak menikmati ikan yang dibarbeyu, mereka menyantap mie goreng/rebus, es kelapa muda, atau sekedar minum-minum kopi. Karena badan terlalu lelah saya suami memutuskan ke homestay lebih dulu sebelum yang lain bubar. Kita memilih untuk tidur dan istirahat untuk menghemat tenaga.
Esok harinya jadwal kami padat. Tak cuma snorkeling, kami juga mengunjungi beberapa pulau di sana. Subhanallah, betapa Allah menciptakan segala sesuatunya indah.
Sekitar pukul satu siang kami diantar menuju pelabuhan Ketapang untuk kembali ke Jakarta dengan kapal laut melalui Pelabuhan Bakaheuni. tapi seblum sampai di Pelabuhan Bakaheuni, rombongan diajak mampir ke pusat oleh-oleh di Lampung. Saya pun belanja beberapa snack khas lampung di sana. Sesampainya di Pelabuhan Bakaheuni, saya, suami dan satu rombongan rasanya sudah belajar dari pengalaman saat berangkat, yaitu begitu kapal mendarat dan penumpang dipersilahkan masuk, kmai harus segera berebut tempat. Alhamdulillah, perjalanan dengan kapal laut saat pulang lebih menyenangkan, karena saya suami dan sebagian besar dari rombongan kami bisa dapat tempat di ruang VIP. Meskipun tanpa bangku, ruangan VIP leseh cukup bersih, sejuk dan nyaman. Ada 2 televisi juga di sana. Bagus nya lagi, mereka memutar film, sehingga kami tak bosan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar