Buku Ahmad Tohari yang satu ini belinya pakai usaha banget. Salah saya juga sih begitu tahu dijual gak buru-buru beli. Sampai akhirnya buku ini sudah jarang ditemukan kecuali versi Bahasa Inggrisnya. Dan saya gak mau beli versi Bahasa Inggrisnya. Kenapa??? Bukannya anti Inggris. Bukannya gak mau belajar Bahasa Inggris. Tetapi kalau memang itu buku berbahasa Indonesia ya enaknya dibaca dalam Bahasa Indonesia. Supaya penghayatan dan penggambarannya lebih ngena. Lebih Ahmad Tohari banget.
Mata Yang Enak Dipandang merupakan kumpulan cerpen Ahmad Tohari yang pernah dimuat dalam harian Kompas. Cerpen-cerpen dalam buku ini luar biasa sekali buat saya. Ide-ide sederhana yang digambarkan dengan pilihan kata dan tata bahasa yang baik membuat cerita semakin menarik, mengena, sekaligus nampak kompleks tetapi nyata. Nyata dalam hal ini adalah cerita tersebut sangat mungkin dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di masa itu (sekitar tahun delapan puluhan) ataupun masa sekarang.
Awal hingga akhir kata dalam buku ini begitu membuat saya terkesima akan sosok Ahmad Tohari. Saya jadi ngfans. Saya merasa beliau sungguh pintar menulis. Ide apapun, sesederhana apapun diraciknya jadi indah. Seperti keindahan puisi "...aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang" karya Chairil Anwar, cerpen-cerpen dalam buku ini pun banyak mengambarkan kisah orang kecil. Mereka yang nampak terbuang dari perkembangan zaman dan laju ekonomi Indonesia pada masanya.
Dibanding novel-novel Ika Natasha dan Tere Liye yang belakangan ini sedang ngehits dan katanya best seller, saya masih lebih menyukai karyanya si Mbah Ahmad. Khas, ringan, nyeni, indah, mengena, mengalir, tidak bertele-tele tetapi juga tidak tergesa-gesa.
Tidak banyak usaha yang harus saya lakukan untuk membaca buku ini. Imajinasi dengan mudah terbentuk sendiri. Seolah seperti saya sedang menonton televisi dimana ada saya di tengah-tengah adegan yang sedang dimainkan.
Membaca buku ini semakin memantapkan saya untuk mengoleksi setiap karya Ahmad Tohari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar