"Bunda siapin pasport ya... Kita ke Thailand" Heh??? Apa ya saya gak salah denger. Ada apa nih tiba-tiba suami ngajakin ke Thailand. "Emang kita mau jalan-jalan ya? Dalam rangka apa?"
Kadang kala respon
saya emang ndusun, disuruh siapin pasport langsung girang dan kayak gak percaya
gitu. Norak? Iya memang. Ya apa mau dikata, saya emang dari dusun dan belum
pernah keluar negeri. Jaman single dulu, sempet beli promo tiket pesawat ke Singapore.
Udah beli tiket PPnya sih, tapi batal jalan gara-gara nabung mau nikah. Setelah
nikah saya sama suami juga sempet beli promo tiket pesawat lagi buat ke Kuala
Lumpur. Yap, lagi-lagi batal berangkat dengan tiket yang udah di tangan
gara-gara waktu itu pengen beli rumah. Tapi bukan berarti saya terus menyesali
menikah dan beli rumah yang butuh biaya banyak, enggak sama sekali. Saya malah
bersyukur punya suami yang kece badai dan tau rasanya gimana beli rumah. Hal
ini yang justru jadi alasan dibalik kegirangan saya jalan-jalan kali ini.
Pertama, ini
jalan-jalan pertama saya keluar negeri. Kedua, jalan-jalan kali ini totally
free dan gak backpackeran a.k.a dengan hotel dan transportasi yang sangat
nyaman. Emang ya... Allah SWT itu baik. Namanya kalo udah rejeki ya gak kemana.
Udah gitu, yang ketiga, tawaran jalan-jalan ini datang di saat saya lagi
jenuh-jenuhnya kerja. Jadi kalau ada yang bilang terkadang Tuhan memberikan
kita sesuatu tepat pada waktunya ya..itu benar. Benar-benar tepat. That's why i
was really happy. Oiya lupa, masih ada satu lagi nih yang bikin heboh, dikasih
uang saku gratis loh! *loncat-loncat sembari nyari-nyari dompet suami. Hihi :D
Jadi ceritanya
kantor suami itu lagi gathering. Berhubung tahun kemarin gak ada gathering dan
(katanya) kalau gathering di Indonesia, macam kayak ke Bali atau Lombok lebih
mahal dari ke Thailand, jadi gathering kali ini diputuskan buat jalan-jalan ke
Bangkok & Pattaya, dan pegawainya dibolehkan (bahkan setengah
diperintahkan) untuk ajak anak istri.
Kami diminta kumpul
di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta jam sembilan pagi. Demi tepat waktu, saya
dan suami sudah sampai di bandara jam
delapan. Beberapa teman kantor suami sudah berkumpul disana. Setengah sampai satu
jam kemudian rombongan komplit. Berhubung saat itu waktu take off udah deket,
jadi kita mutusin buat nunggu di ruang tunggu dalam gate masuk aja.
Biasanya nih kalau
saya dan suami pergi keluar kota yang sekiranya akan banyak waktu senggang di
jalan pasti kami atau salah satu dari kami bawa novel atau buku bacaan lainnya
buat membunuh bosan. Sayangnya waktu itu kami lupa. Jadi pas saya liat ada Toko
Buku Periplus, mampir lah saya buat liat-liat apa yang bisa dibeli. Tapi Ya
Tuhan..Periplus disana jual bukunya mahal-mahal sekali tapi gak bisa dipungkiri
sih apa yang mereka jual itu...buku-buku import bagus dan kebanyakan international
bestseller. Ada dua buku yang jadi incaran saya waktu itu. Satu karangannya
Murakami yang belum ada di Indonesia dengan versi bahasa Indonesia dan yang
kedua karangan Tyler Knot Gregson.
Saking mahalnya
buku-buku incaran saya, saya jadi galau. Bolak balik tanya suami, "Beli
gak ya Bi? Kalau beli, beli yang mana? Pengennya dua-duanya, tapi satu aja
mahal bange." Dan bolak balik juga, suami jawab, "terserah bunda mau
beli apa gak, terserah juga mau beli yang mana." Sampe akhirnya suami
kesel, "udah lah gak usah beli dua-duanya." *bibirmanyun
Saat saya mau taruh
dua buku incaran yang lagi saya pegang ke rak, eh pak bos suami tiba-tiba
negur,"lo jadi beli yang mana? bayarnya jadi satu ja yuk!" Saya yang
udah punya niat batal beli buku pun ngeles sebisanya, "hmm..bingung mas."
Saya liat mata pak bos suami ngelirik ke buku yang saya pegang, dia bilang
"udah yang murakami ntar lo pinjem gue aja, gue punya yang itu. Lo beli
yang satunya aja, kayaknya bagus tuh." Demi menyelamatkan image suami,
saya pun menurut. Pergi ke kasir nyatuin buku pak bos suami dan buku yang mau
saya beli. Dalam hati, mampus dua ratus ribu lebih li...lumayan buat
oleh-oleh. Eh rejeki gak diduga-duga
datang. Pak bos suami bayarin buku saya dan seriusan gak mau diganti. Saya
sampai bingung, ngeliat ke arah suami nunggu kode. Apa harus tetep maksa bayar
apa mesti diem menyerah dan berkata alhamdulillah. Ternyata dari gesture suami,
saya diminta berhenti memaksa. Alhamdulillah ya Allah.... *girang dapet
buku import mahal bagus dengan gratis. Dan gak berhenti sampai situ. Pas saya
bilang makasih, pak bos suami bilang "kalau ketemu anak-anak bilangin ya
barangkali ada yang mau beli buku juga." What??? Dia mau bayarin semua
gitu???? Ealah iya loh, dia beliin semua pegawainya buku gratis!
Bersyukurlah kami
karena beli buku, eh lebih tepatnya dibayarin beli buku. Karena ternyata
penerbangan kami delay sampai lebih dari tiga jam. Hmm...gak kebayang,
kalau tadi sama sekali gak pegang buku. Ngandelin baca google book di HP akan
sangat merisaukan baterai HP tentunya. Lubang colokan memang banyak disediakan
di ruang tunggu tapi kalah sama banyaknya orang yang nunggu, nyolok HP pun
jadi ngantri.
Sampai akhirnya
pesawat kami datang, dan kami diijinkan naik. Entah kenapa saat penumpang sudah
komplit di dalam pesawat, kami justru diminta kembali turun tanpa membawa bagasi
dalam kabin dan menunggu di ruangan tunggu. Katanya ada kerusakan teknis. Banyak
yang turun kembali dengan wajah-wajah capek dan kesal, tapi tidak dengan saya.
Ya, saya capek, tapi saya tidak kesal dan sedikit pun tidak terpikir untuk
komplain. Saya bersyukur Allah membuat
kru pesawat melihat ada kerusakan di saat kami belum terbang, gak kebayang
kalau kerusakan itu didiamkan atau baru ketauan saat kami sudah terbang,
tentunya akan sangat menyeramkan buat saya.
Kami menunggu
perbaikan pesawat ada sekitar satu jam. Banyak penumpang yang mulai protes. Saya hanya berdoa semoga kami diberi keselamatan. Dan saat itu saya
sangat berharap pihak maskapai bersedia mengganti penerbangan kami dengan
pesawat mereka yang lainnya. Jujur saja, saya ini takut naik pesawat. Jadi
meskipun pesawatnya sudah diperbaiki, tapi karena saya tahu sebelumnya ada
kerusakan, saya akan sangat gusar nantinya di dalam pesawat karena terlalu
membayangkan yang tidak-tidak. Dan...alhamdulillah, Allah mengabulkan harapan
saya, penerbangan kami diganti dengan pesawat lainnya dengan maskapai yang
sama. Tapi itu artinya, semua yang menaruh bagasi dalam kabin akan diantar
lebih dulu ke pesawat sebelumnya untuk mengambil barang masing-masing dan
kembali diantara ke pesawat pengganti. Di situ lah saya merasa kesal.
Menurut saya, jika
ada kerusakan dalam pesawat dan penumpang diminta turun kembali untuk menunggu
perbaikan pesawat jangan terburu-buru mengumumkan untuk tidak membawa bagasi
dalam kabin. Karena apa???
- Saya tahu mereka bermaksud mengendalikan komplain dengan meminta penumpang yang sudah menunggu lebih dari tiga jam untuk masuk ke dalam pesawat. Yeah, it was look good.
- Saya tahu mereka bermaksud mengendalikan komplain dengan meminta penumpang yang sudah menunggu lebih dari tiga jam dan akhirnya masuk ke dalam pesawat sehingga penumpang akan berpikir, okelah sabar aja udah mau take off nih.
- Saya tahu mereka bermaksud mengendalikan komplain dengan meminta penumpang yang sudah menunggu lebih dari tiga jam dan akhirnya masuk ke dalam pesawat sehingga penumpang akan berpikir, okelah sabar udah mau take off nih, turun kembali tanpa membawa bagasi dalam kabin sehingga membuat penumpang kembali berpikir, oh cuma butuh waktu sebentar untuk memperbaiki, okelah kami harus bersabar lagi.
Faktanya ketiga hal
itu lah yang justru membuat banyak penumpang emosi. Dan saya pun demikian.
Selaku kru seharusnya mereka tau kerusakan mana yang mungkin diperbaiki
dalam waktu sebentar dan mana yang tidak.
Selaku kru sebaiknya mereka tau kerusakan mana yang sampai
perlu menggati pesawat dan mana yang tidak. Semestinya, saat mereka meminta
kami untuk kembali turun dari pesawat tanpa membawa bagasi dalam kabin, mereka
sudah harus tau benar kerusakan yang sedang mereka hadapi. Manajemen komplain
justru failed disini, karena kesabaran penumpang diuji berkali-kali. Tapi atas
nama kebaikan Allah yang telah memberikan kami seisi pesawat keselamatan, saya
pun memutuskan untuk mencoba mengalihkan pikiran supaya gurendelan ini gak
berlarut-larut dan menguasai mood saya saat itu.
Yap, setelah drama
pesawat yang rusak, finally...we're landed! Helllo...Bangkok! *yawn *ngantuk
*sampai bangkok jam 9 malam. Antara pengen cepet bobok atau cari makan dulu
karena perut yang keroncongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar